
Sek-Sek! Gurunya Orang Jawa: Purna Tugas Ibu Enik Haryani, Penghibur Keluarga Sekolah Selama 21 Tahun
Suara riuh rendah campur tangis dan canda terdengar bersamaan ketika Ibu Enik Haryani, Sang Pengajar Pancasila dan Kewarganegaraan (PKN), secara resmi dipensiunkan setelah 21 tahun menjalankan tugas sebagai guru. Di hari perpisahan itu, tak ada yang luput dari pesona "sek-sek" khas Jawanya yang menjadi ciri khas dan kesayangan para siswa dan guru SMADA selama ini.
Ibu Enik memulai tugasnya sebagai guru PKN tahun 2004 di SMADA. Beliau datang dengan semangat menyelamatkan dan pengetahuan yang mendalam tentang Pancasila, UUD 45, dan kebijaksanaan bangsa. Namun, yang paling mudah dikenali dan dirasakan para siswa adalah logat Jawa-nya yang kental dan kata "sek-sek" yang menjadi bumbu setiap ucapannya.
"Anak-anak sek... Pancasila itu bukan sek... sek... sek... pajangan tembok sek!" ucapnya khas ketika menjelaskan pentingnya menghidupkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kata "sek" yang diucapkan dengan ceplas-ceplos dan sering itu, meski kadang menggelikan para siswa, memiliki daya pikat tersendiri. Itu menjadi pemersama rasa, membuat materi PKN yang kadang dianggap "kaku" dan "abstrak" menjadi lebih dekat dan mudah dipahami. Logat dan "sek-sek" Ibu Enik bukan sekadar candaan kosong. Itu menjadi alat pengajaran yang efektif:
Selama 25 tahun, Ibu Enik Haryani telah membentuk banyak generasi. Beliau tidak hanya mengajar tentang kewajiban dan hak warga negara, tetapi juga menghidupkan rasa nasionalisme dengan cara yang khas. Para alumni yang hadir kembali dalam acara purna tugas sama-sama teringat bagaimana Ibu Enik menjelaskan tentang toleransi, demokrasi, atau HAM dengan contoh nyata dan, tentu saja, diselingi "sek-sek" yang menggelikan.
"Bu Enik itu legenda sekolah kita sek!" ujar salah seorang alumni yang kini menjadi pengusaha. "Pelajaran beliau tidak mudah dilupakan, apalagi logat dan 'sek-sek'-nya. Beliaulah yang membuat saya paham bahwa menjaga bangsa ini bisa dimulai dari perilaku yang baik dan menghormati sesama, sek!"
Dalam acara purna tugas yang penuh emosi, Ibu Enik mengucapkan terima kasih dengan tulus. Logat Jawa dan "sek-sek" yang menjadi ciri khasnya tetap ada. "Terima kasih banyak sek... sek... sek... untuk semua siswa, teman guru, dan kepala sekolah sek. Mohon maafkan segala kesalahan sek. Semoga ilmu PKN yang telah saya sampaikan bisa bermanfaat sek... sek... sek... untuk bangsa dan negara sek!"
Ibu Enik Haryani resmi purna tugas. Ruang kelas PKN akan sepi tanpa "sek-sek" khasnya. Namun, semangat untuk mengajar dengan dedikasi, keaslian, dan rasa cinta pada budaya lokal yang menjadi ciri dasar beliau, akan menjadi warisan yang abadi. Beliau telah meninggalkan jejak yang tidak hanya di pikiran, tetapi juga di hati para siswanya dengan cara yang unik dan tidak akan terlupakan: melalui logat Jawa dan "sek-sek" yang menjadi penghibur keluarga sekolah selama 21 tahun. Selamat jalan, Bu Enik! Selamat beristirahat! Semoga selalu sehat dan bahagia sek! 🙏